Makanankhas – Dari Italia ke India, hingga ke Belanda, berbagai makanan tradisional kini kembali menarik sorotan dunia kuliner. Platform internasional TasteAtlas baru-baru ini merilis daftar makanan khas yang sedang tren, dan tiga nama unik muncul di dalamnya: Peperoni Cruschi dari Basilicata (Italia), Phirni dari Punjab (India), serta Jodenkoek dari Belanda.
Ketiganya mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, namun masing-masing memiliki tempat istimewa di hati masyarakat asalnya. Tren ini menunjukkan bahwa kuliner tradisional yang dahulu hanya populer secara lokal, kini bisa menembus batas geografis. Dari Italia ke India, hingga ke Eropa Utara, makanan khas menjadi penghubung budaya sekaligus daya tarik global.
Rasa Tradisional, Cerita yang Hidup
Peperoni Cruschi kerap disebut sebagai camilan ikonik dari Basilicata. Paprika merah kering ini digoreng sebentar hingga renyah dan menghasilkan rasa manis-gurih yang khas. Di daerah asalnya, makanan ini tidak hanya sekadar camilan, tetapi juga bagian dari identitas masyarakat pedesaan Italia.
“Sensory Therapy: Saat Aroma Jadi Obat Hati”
Berbeda dengan itu, Phirni adalah puding beras manis yang sangat populer di Punjab. Biasanya di sajikan dalam wadah tanah liat kecil, Phirni memiliki tekstur lembut dan aroma susu yang khas. Hidangan ini identik dengan perayaan besar, seperti Idul Fitri maupun pernikahan.
Sementara itu, Jodenkoek dari Belanda di kenal sebagai biskuit berukuran besar dengan tekstur renyah dan rasa manis sederhana. Sejak lama, kue ini menjadi camilan favorit masyarakat Belanda dan sering di kaitkan dengan tradisi keluarga. Dari Italia ke India, hingga ke Belanda, masing-masing hidangan membawa cerita panjang tentang tradisi, alam, dan sejarah sosial yang melahirkannya.
Mengguncang Dunia Kuliner Global
Munculnya Peperoni Cruschi, Phirni, dan Jodenkoek dalam daftar TasteAtlas menegaskan bahwa dunia kini semakin terbuka pada keunikan makanan khas. Platform digital berperan besar dalam memperkenalkan kuliner lokal ke audiens internasional. Foto-foto, ulasan, hingga rekomendasi wisata kuliner mendorong masyarakat global untuk mencoba cita rasa baru.
Fenomena ini juga menandakan bahwa makanan tradisional tidak kalah pamor di banding kuliner modern. Sebaliknya, justru semakin banyak orang mencari keaslian dan cerita di balik setiap hidangan. Dari Italia ke India, tren kuliner global kini mengarah pada penghargaan terhadap warisan budaya tak benda. Bukan hanya sekadar makanan, melainkan simbol identitas dan kebanggaan yang di wariskan lintas generasi.
Dengan meningkatnya minat global, peluang besar terbuka bagi negara-negara lain untuk memperkenalkan makanan khas mereka. Jika selama ini pizza, sushi, atau kebab sudah mendunia, kini giliran kuliner lokal yang lebih sederhana namun sarat makna untuk tampil ke panggung internasional.
“Ayam Betutu Bali: Hidangan Istimewa dengan Rempah Autentik”